Minggu, 26 Oktober 2014

Globalisasi : Situasi dan kondisi di dunia yang menyebar tanpa batas

Krisis Ekonomi Amerika 2008-2009

Krisis ekonomi Amerika atau disebut juga krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008-2009 adalah krisis yang dipicu oleh suatu krisis keuangan yang besar di AS pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuangan global, krisis tersebut menjaar ke sebagian besar dunia, terutama negara-negara maju seperti Jepang, dan UE yang secara ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS. Di Asia, banyak negara yang terkena dampak dari krisis tersebut, termasuk Cina, India, dan Indonesia; walaupun derajat dari dampaknya bervariasi antarnegara, tergantung pada kondisi dan tingkat integrasi dari negara bersangkutan dengan ekonomi dunia.

Krisis 2008-2009 tersebut mempengaruhi banyak negara melalui sejumah jalur, yaitu ekspor, investasi, dan pengiriman uang dari pekerja-pekerja migran. Namun demikian, jalur paling utama untuk sebagian besar negara-negara yang terkena dampaknya adalah ekspor, seperti yang dinyatakan dalam Asian Development outlook 2009. Inti dari laporan ini menjelaskan, bahwa ekonomi-ekonomi di Asia sangat terintegrasi dengan ekonomi dunia lewat ekspor seperti: Hongkong-Cina, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Cina Taipei, dan Thailand yang bisa terkena dampaknya dari krisis tersebut dibandingkan negara-negara yang relatif lebih berorientasi ke dalam negeri, termasuk Indonesia.

Konsekuensinya, dampak dari krisis itu sangat luas terhadap volume ekspor, jumlah produksi, dan para pekerja dan keluarga mereka di negara-negara Asia yang berorientasi ekspor tersebut. Banyak perusahaan eksportir pada industri manufaktur, yang kebanyaka berlokasi di daerah perkotaan/urban, di negara-negara itu mengalami penurunan permintaan dunia terhadap produk-produk mereka. Untuk menyiasati kondisi yang buruk ini, jam kerja pekerja dikurangi dan upahnya diturunkan. Bahkan, banyak juga perusahaaan yang terpaksa yang mem-PHK-kan sejumah pekerja mereka, khususnya di bagian produksi yang tidak terlalu penting. Akibatnya, banyak pekerja terpaksa kembali ke kampung halaman mereka dan mencari pekerjaan atau melakukan usaha sendiri di sektor informal di pedesaan, yang kebanyakan dengan pendapatan tidak stabil atau lebih rendah dibandingkan pendapatan mereka sebelumnya di perkotaan.

Ekspor merupakan jalur transmisi yang memiliki dampak bagi kebanyakan negara, terutama negara-negara yang berorientasi ekspor seperti yang telah disebutkan diatas, maka krisis ekonomi global 2008-2009 bagi banyak negara , termasuk Indonesia, merupakan sebuah krisis permintaan dunia. Walaupun begitu, negara-negara tetangga sesama Asia Tenggara, masih menunjukkan daya tahan terhadap krisis tersebut pada tahun 2008. Pada saait itu, mereka masih sanggup mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif, walaupun lajunya bervariasi antar kuartal dan pertumbuhan negara. Satu hal yang menarik, bahwa sementara ekonomi dari negara-negara lain mengalami keterpurukan yang serius, Indonesia tidak hanya mempertahnakn pertumbuhan PDB yang positif, tetapi juga laju pertumbuhannya sedikit lebih tinggi selama kuartal pertama dan kedua tahun 2009. Namun demikian, secara keseluruhan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2009 tercatat hanya bisa mencapai seitar 4,5 persen, yang jauh lebih rendah dibandingkan apa yang teah dicaai pada tahun 2007 dan 2008. Ini memberi kesan bahwa ekonomi Indonesia juga terkena dampak dari krisis ekonomi global tersebut.

Krisis Politik Tunisia


selain dari krisis ekonomi yang menguncang dunia tersebut, kita ketahui krisis politik juga terjadi beberapa tahun lalu di Tunisia. krisis politik merupakan krisis terhadap pemerintah yang otoriter, yang sering dikenal dengan Arab Spring. Bermula di Tunisia, diikuti oleh Mesir,dan Libya,lalu meluas ke beberapa negara Arab lainnya. Gema perlawanan masyarakat terhadap pemimpin otoriter yang telah berkuasa lama ini tidak hanya berdampak di negaranegara Arab, tetapi juga meluas ke negara otoriter lainnya, terutama yang pemimpinnya telah lama berkuasa. 

krisis ini diawali dengan munculnya kerusuhan yang dipicu oleh seorang alumni perguran tinggi Tunisia namun tidak mendapatkan lapangan kerja sehingga membakar dirinya di kota Sidi Bousaid, sehingga kerusuhan semakin membesar bagaikan bola api sejak sebulan lalu. Kerusuhan tersebut juga merembet ke negara tetangga, Aljazair yang dipicu oleh kenaikan barang-barang seperti tepung roti, gula dan minyak, yang juga saya tulis (tautan dibawah).
Krisis di Tunisia semakin membesar yang menyebar di berbagai kota. Di tengarai sudah lebih dari 51 orang meninggal, berdasarkan berita, dan perlakuan militer juga dikritik oleh dunia internasional akibat kekerasan tersebut. Pihak internasional meminta militer tidak menggunakan kekerasan atau senjata dengan menembakkan kepada para demonstran. Akhirnya kemarin (13/1) pemerintah memberlakukan jam malam di berbagai kota di Tunisia. Namun, demonstrasi massa semakin membesar. Dalam pidatonya kemarin (13/1), Presiden Ben Ali meminta kepada rakyat Tunisia untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk membangun negara dan menyelesaikan persoalan bangsa, namun himbauan tersebut dianggap sudah terlambat. Presiden memang ketika kerusuhan pertama di kota Sidi Bousaid menjanjikan melakukan pembangunan kota tersebut dan memberikan bantuan sosial negara kepada alumni perguruan tinggi yang belum bekerja. Sebelumnya Presiden Ben Ali juga mengatakan bahwa fenomena pengangguran dan ketidakadaan lapangan kerja dan krisis keuangan bukan hanya dialami oleh Tunisia saja, namun juga menjadi fenomena luas di dunaa, dimana negara maju juga terkena krisis keuangan tersebut. Namun, nampaknya himbauan Presiden tidak mendapat respons positif dari rakyat Tunisia. karena itu, kekerasan terhadap masyarakat pun terjadi oleh sejumlah gerakan militer, dan hal ini menyebabkan krisis politik di Tunisia semakin memanas dan keadaan chaos pun tidak dapat terhindarkan.

Mata Uang Euro



Mata uang EURO untuk pertamakali digunakan hanya untuk transaksi komersial dan keuangan pada tanggal 1 Januari 1999. Sedangkan mata uang kertas dan koin akan dicetak belakangan. Negara yang setuju memakai EURO sebagai mata uang ada 12 negara (Yunani masuk tahun 2001). Inggris, Denmark dan Swedia berjibaku untuk berdiri di luar kerangka EURO dengan alasan politis (kedaulatan keuangan) untuk mensukseskan peluncuran EURO sebagai mata uang masa depan Eropa dan Dunia digunakanlah “European Currency Unit (ECU) sebagai satuan nilai tukar mata uang negara anggota dengan EURO. Misal 1 Deutsche Mark = € 0,68 dstnya. Sementara European Exchange Rate Mechanis m (EERM) diterapkan untuk menahan fluktuasi kurs antara mata uang anggota dengan ECU.
Perayaan tahun baru 2002 sekaligus menjadi momentum peluncuran EURO sebagai mata uang tunggal di 12 negara UE. Uang kertas EURO memiliki fitur yang sama di semua negara, sedangkan koin memiliki ciri khas negara anggota. Aktifitas penyedotan mata uang lama seperti “Deutsche Mark (DM)” dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Sementara pencetakan dan distribusi mata uang baru merupakan tugas logistik baru yang menyenangkan, karena akan berdampak positif terhadap pengurangan transaksi perdagangan dan stabilitas mata uang.

K-Pop Wave di Indonesia
 

Korean Wave, "Gelombang Korea" atau Hallyu adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa dan Kebudayaan Korea. yang paling kita rasakan saat ini tentu saja budaya- budaya pop Korea seperti drama/ film Korea dan musik-musik Korea. kebiasaan ini bermula saat drama Korea ditayangkan di televisi-televisi nasional kita pada tahun 2000-an. masih belum terlalu populer pada saat itu sehingga belum dikenal istilah Kpop. baru pada beberapa tahun yang lalu, mulailah invasi musik-musik Korea di Indonesia merebak seperti bom. kehadiran musik Pop Korea ini dibawa oleh para grup penyanyi yang kita kenal saat ini sebagai Boyband dan Girlband. Berbagai nama Boyband dan Girlband bermunculan dan berhasil mengumpulkan jutaan fans dengan pecinta musik di Indonesia. hal inilah yang paling mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal dan mencintai budaya Korea. Minat masyarakat untuk mempelajari budaya Korea sangat tinggi, sehingga mulailah banyak bermunculan kelompok-kelompok/komunitas para penari Kpop, atau para pecinta film Korea, atau  banyak didirikannya sekolah/kursus bahasa Korea sehingga orang-orang yang ingin belajar bahasa Korea semakin mudah. tidak hanya berpengaruh terhadap budaya film dan musik saja, gelombang Kores juga berpengaruh terhadap meningkatnya wisatawan dan minat orang-orang yang mengunjungi negara Ginseng ini. selain karena keinginan untuk mendatangi negara asal idola favoritnya, negara Korea juga menyuguhkan banyak tempat-tempat yang sangat menakjubkan, baik itu wisata alam ataupun perkotaannya. semakin menambah nilai plus bagi Korea, karena telah berhasil menginfus dunia melalui penyebaran budaya Kpop nya ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar